SIPNEWS.ID, Banda Aceh – Ikatan Pecinta Alam Aceh (IKAPALA) sukses menggelar Temu Warga Pecinta Alam Aceh (TWPA) VII yang berlangsung pada 26–28 September 2025.
Kegiatan yang menghimpun lembaga MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam) dan KPA (Komunitas Pecinta Alam) se-Aceh ini dipusatkan di Kampus STIK dan kawasan Mangrove Park Lampulo, Banda Aceh.
TWPA VII tidak hanya menjadi ajang silaturahmi para pecinta alam lintas kampus dan komunitas, tetapi juga forum penting untuk melahirkan gagasan serta aksi nyata demi kelestarian alam dan lingkungan di Tanah Rencong.
Agenda utama yang dijalankan meliputi pemilihan Ketua Umum IKAPALA periode 2025–2027, diskusi strategis terkait kerusakan alam dan lingkungan Aceh, serta aksi penanaman 3.500 bibit mangrove di pesisir Lampulo.
Dalam forum musyawarah, Agus Fernanda terpilih sebagai Ketua Umum IKAPALA periode 2025–2027, menggantikan T. Darma Fajri yang telah menakhodai organisasi pada periode sebelumnya.
Ketua Panitia TWPA VII, Alif Irlianda (MAPALA STIK), menyampaikan apresiasi atas partisipasi seluruh elemen MAPALA dan KPA se-Aceh yang hadir.
“TWPA VII menjadi ruang kebersamaan sekaligus ikhtiar nyata pecinta alam dalam menjaga bumi Aceh. Kehadiran ratusan peserta menunjukkan komitmen kuat kita bersama,” ujarnya.
Didampingi Sekretaris Panitia Azolla Irfahmi (MAPALA FKIP USK) dan Bendahara Rizky Aditya R. Siregar (UKM PAL. CANIVA-51 USK), panitia memastikan kegiatan berjalan khidmat dan penuh makna.
Sementara itu, Ketua IKAPALA terpilih, Agus Fernanda, dalam sambutannya menegaskan arah perjuangan organisasi pada periode 2025–2027.
Fokus program kerja meliputi kepedulian terhadap kebencanaan di Aceh, pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan, perlawanan terhadap segala bentuk perusakan lingkungan, serta penguatan peran IKAPALA sebagai wadah pengembangan potensi diri anggota dalam dunia kerja.
“IKAPALA akan menjadi rumah besar bagi seluruh pecinta alam Aceh. Bersama-sama kita jaga hutan, laut, gunung, dan sungai Aceh agar tetap lestari, sembari melahirkan generasi yang tidak hanya peduli, tetapi juga berdaya dalam kehidupan sosial dan ekonomi,” tutur Agus Fernanda.
TWPA VII IKAPALA 2025 menjadi penanda penting bahwa semangat konservasi dan solidaritas pecinta alam Aceh terus hidup, seiring dengan tanggung jawab besar menjaga warisan alam untuk generasi mendatang.