KRI Nanggala-402 On Eternal Patrol. Itu judul opini Ahmad Khozinudin kali ini. Opini ini redaksi SIPnews.net temukan dari salah satu grup whatsapp.
Mari kita baca dengan seksama dan hayati makna tulisan sang sastrawan politik berjudul sebagai berikut:
KRI Nanggala-402 On Eternal Patrol
Oleh : *Ahmad Khozinudin*
Sastrawan Politik
Ada siang ada malam, ada pertemuan ada perpisahan, ada saat melaut ada saat pulang sebagaimana ada saat petani menanam ada saatnya pula untuk memanen. Kini, saatnya telah tiba, tidak terlalu cepat tidak juga terlambat, Saat dimana engkau pergi berpatroli untuk selamanya, menjalankan misi patroli abadi.
KRI Nanggala-402, biasanya engkau pergi dengan janji selalu pulang. Kepergianmu menunaikan amanah, dengan tetap untuk menunaikan amanah lain di rumah.
Biasanya, ada komunikasi ke pangkalan, mengabarkan kedatanganmu. Sapaan baret perjuangan, hingga salam hormat kepada komandan.
Juga bisikan diujung telepon, yang mengabarkan kepada segenap orang yang dicinta, terutama kepada buah hati yang biasa menanti kedatangan : “Dik, Bapak sebentar lagi pulang. Tunggu didepan pintu rumah ya…”.
Hari ini, di Bulan Ramadhan yang mulia ini, engkau pergi menunaikan amanah, menuju pemberi amanah yang abadi, dan akan meninggalkan seluruh amanahmu dirumah. Engkau akan selamanya berpatroli dan tak akan kembali.
Meninggalkan, amanah istri yang berbakti dan selalu mencintaimu. Meninggalkan, amanah anak yang selalu memandang pintu rumah menanti kedatanganmu. Meninggalkan, amanah orang tua yang selalu bersyukur dan membanggakanmu. Meninggalkan, amanah sebagai hamba Allah SWT, sebagai Khalifah fil ardh, untuk beribadah di bumi.
Nanggala, kami ridlo, ikhlas, semua Qadla Allah SWT adalah ketentuan yang telah dicatatkan di Lauhul Mahfudz. Semua datangnya dari Allah SWT, semua akan kembali kepada Allah SWT.
Bukan hanya istri, anak, keluarga tercinta, kami semua kehilanganmu. Kehilangan sosok suami yang baik, yang mencintai istri dan keluarganya. Kehilangan sosok ayah yang ksatria, mengajarkan anaknya tentang bagaimana menjadi seorang patriot bangsa. Kehilangan buah hati, anak yang disyukuri dan dibanggakan oleh keluarga. Kehilangan, putra terbaik bangsa yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi pada negara.
Adalah kebajikan, tak selalu wujud dalam kisah penuh kebahagiaan. Adalah takdir, yang selalu mengukir kisah sesuai kehendak sang pencipta, bukan atas perintah otoritas makhluknya. Adalah keredlaan, rasa ikhlas, rasa ketabahan yang wajib menjadi pilihan atas sebuah kehilangan.
Semua telah terjadi, dalam genggaman dan kehendak-Nya. Nanggala, semoga dikehidupan selanjutnya kita dipertemukan.
Dipertemukan kembali, dengan anak yang selalu menantikan kedatangan ayahnya pulang dari patroli. Dipertemukan dengan istri, yang setia mengabdi mendampingi suami. Dipertemukan dengan ayah, yang dahulu begitu membanggakanmu. Dipertemukan, dengan semua orang yang mencintai, dalam naungan cinta ilahi.
Nanggala, semoga Allah SWT ridlo dan memasukkan mu ke surga. Dan semoga, kami dapat meniti amal bhakti kepada Ilahi, mentaati Allah SWT dan rasul-Nya, sehingga bisa menyusul mu ke Surga, kelak. Amien Ya Rabbal ‘Alamien. [***].
Foto: KRI Nanggala-402/Ist