BANDA ACEH, SIPNEWS.ID – Penerima bantuan Pemerintah aceh, Chairul (25) warga Kabupaten Bener Meriah yang merupakan salah satu keluarga yang menerima bantuan modal peralatan kerja dari Pemerintah Aceh pada kegiatan pengembangan UMKM akibat dampak Covid-19 zona –IV, mengaku kecewa terhadap bantuan yang diberikan tersebut.
Pasalnya, sebut Chairul, bukan hanya barang yang tidak sesuai saat diajukan oleh masyarakat, tetapi barang yang diberikan oleh Pemerintah Aceh kepada penerima modal peralatan kerja juga tidak sesuai dengan harga yang harus diteken laporan serah terima bantuan tersebut.
“Bukan hanya data yang keliru tetapi harganya juga, misalnya alat yang kita ajukan pada proposal yaitu hand impulse sealer yang otomatis harga alatnya Rp 2,5 juta, tapi yang diberikan masih manual harga Rp 150 ribu, itu yang Rp 150 ribu alat yang biasa digunakan untuk buat kue, namun yang disuruh tanda tangan pada penerima alat dengan harga Rp 4,5 juta,” kata Chairul, Jumat (24/12).
Terima Aslureti Chairul juga menyebutkan, dalam bantuan modal peralatan tersebut juga banyak peralatan yang disalurkan kepada penerima tidak dapat menunjang berkembangnya usaha UMKM, sebab bantuan peralatan yang diberikan lebih condong ke peralatan rumah tangga. Baca Juga Tahun 2021, 22 Ribu Pelaku Usaha di Aceh Besar Terima Bantuan dari Menteri Koperasi.
“Misalnya seperti oven gas dengan harga Rp 550 ribu, itu bukan pengajuan dari kami, yang diajukan peralatan peralatan yang menunjang usaha, sedangkan yang diberikan ada beberapa yang tidak sesuai yang diajukan, seperti oven gas itu untuk rumah tangga bukan usaha, karena kalau untuk pengembangan usaha itu tidak bisa digunakan,” tuturnya. Kata Chairul, selain barang yang tidak bisa digunakan untuk menunjang berkembangnya usaha UMKM, ada juga barang yang tidak diberikan namun ada di dalam draft serah terima bantuan modal peralatan untuk diteken.
“Itu ada juga seperti barang mixer standing harga Rp 882 ribu, itu belum diterima, dan mesin pemipih adonan dengan harga Rp 1,9 juta, juga belum diterima, tapi dua barang itu disuruh tanda tangan juga, dan menurut penyalur barang itu belum ada di provinsi, bahkan menurut penyalur mereka hanya mendapat data dari provinsi dan mereka hanya menjalankan tugas saja,” tuturnya.
Menurut Chairul, yang lebih parahnya lagi ada masyarakat yang mengusulkan peralatan modal usaha untuk laundry, tapi yang diberikan malah alat mesin untuk membuat bakso atau alat makanan. “Ada kabar juga yang diusulkan usaha laundry tapi mesin makanan yang dikasih yaitu mesin bakso, dan ada juga barang dikasih yang tidak diajukan seperti gunting, pisau dan lainnya, padahal barang itu memang tidak ada diminta, karena disini juga banyak alat-alat seperti itu,” tutupnya. (Sumber : Ajnn.net)