Banda Aceh|Sipnews.id – Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) tahun ini berbeda dari biasanya.
Mengusung aksi nyata, KOBI menggelar penanaman mangrove di Mangrove Park Lampulo, Banda Aceh, Kamis (7/11).
Berkolaborasi dengan Departemen Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala (USK), Prodi Pendidikan Biologi FKIP USK, dan Prodi Biologi Saintek UIN Ar-Raniry, kegiatan ini menjadi bukti bahwa dunia akademik tak hanya bicara di atas kertas—mereka terjun langsung demi kelestarian lingkungan!
Tak sekadar formalitas, aksi penanaman mangrove ini dihadiri berbagai kalangan, peserta Rakernas KOBI, dosen, mahasiswa, perwakilan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, Kepala Pelabuhan Perikanan Lampulo, serta komunitas pemuda setempat seperti Asosiasi Pemuda Peduli Mangrove Kutaraja (PEMANGKU).
Semua bergandengan tangan, siap menunjukkan bahwa sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci untuk menjaga ekosistem pesisir yang kian terancam.
Dengan ratusan bibit mangrove tertancap di tanah berlumpur, kawasan pesisir Lampulo kini menyimpan harapan besar.
Mangrove ini diyakini bisa jadi perisai alami dari ancaman abrasi dan kerusakan ekosistem laut.
Bukan hanya melindungi garis pantai, pohon-pohon ini menjadi rumah baru bagi biota laut yang selama ini terpinggirkan oleh perkembangan pesisir.
Prof. Dr. Lenni Fitri, S.Si, M.P., Ketua Departemen Biologi FMIPA USK, tak ragu menyampaikan pesan kuatnya.
“Ini bukan sekadar aksi tanam mangrove biasa, tapi juga sebagai bentuk edukasi langsung bagi masyarakat. Generasi muda khususnya, perlu sadar bahwa lingkungan kita tak selamanya akan selamat jika hanya dipandang sebelah mata,” ujarnya lantang.
Rakernas KOBI kali ini tampaknya jadi momentum penting. Di balik layar, pertemuan ini mengukuhkan langkah kolaboratif antara institusi pendidikan, pemerintah, dan masyarakat dalam menghadapi isu lingkungan.
Tak ada lagi sekat-sekat formalitas—semua elemen harus bergandengan tangan dalam pertempuran melawan ancaman lingkungan di Aceh.
Penanaman mangrove di Lampulo bukanlah akhir. Ini adalah awal, sebuah pernyataan bahwa masyarakat Aceh siap bergerak untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.
Melalui aksi-aksi seperti ini, kesadaran masyarakat diharapkan tumbuh, menjadikan keberlanjutan lingkungan bukan sekadar wacana, tapi aksi nyata untuk masa depan.