Banda Aceh – Amru Hidayat, Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Syah Kuala (USK), telah melaporkan kasus pemukulan yang dialaminya ke Polresta Banda Aceh pada Senin pagi. (20/05/2024).
Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan kampus yang melibatkan mahasiswa.
Menurut laporan yang diterima, kejadian ini bermula dari dua isu utama yang memicu ketegangan di kalangan mahasiswa.
Pertama, aksi demonstrasi di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dan Kantor Gubernur Aceh pada Kamis, 9 Mei lalu.
Kedua, partisipasi Amru dalam Latihan Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Aksi demo yang berlangsung pada 9 Mei tersebut bertujuan untuk menyuarakan berbagai aspirasi mahasiswa terkait kebijakan pemerintahan Aceh.
Namun, situasi memanas ketika kelompok mahasiswa Fakultas Teknik, terlibat dalam perdebatan sengit mengenai isu-isu yang diangkat dalam demo tersebut.
Ketegangan berlanjut hingga Amru, yang juga aktif dalam kegiatan HMI, terlibat dalam Latihan Kader 1.
Aktivitas ini tampaknya memicu ketidakpuasan dari Fakultas Teknik, yang akhirnya berujung pada insiden pemukulan.
Amru menjelaskan bahwa insiden pemukulan terjadi pada sore hari di area kampus.
“Saya diserang oleh beberapa oknum mahasiswa Fakultas Teknik usia berdebat sengit ketika saya hendak melakukan sholat Ashar. Mereka mendatangi saya dengan nada mengancam dan langsung memukul tanpa alasan yang jelas,” ujar Amru dalam keterangannya.
Laporan Amru ke Polresta Banda Aceh mencakup detail kejadian dan identitas para pelaku.
Dia berharap pihak berwenang segera mengambil tindakan tegas untuk menangani kasus ini dan mencegah kekerasan serupa di kemudian hari.
“Kekerasan dalam bentuk apapun tidak bisa ditoleransi, apalagi di lingkungan akademik. Saya berharap pihak kepolisian bisa segera menyelesaikan kasus ini dan memberikan rasa aman kepada seluruh mahasiswa USK,” tegas Amru.
Sementara itu, respon dari pihak Fakultas Teknik USK masih ditunggu.
Kejadian ini menjadi perhatian serius bagi seluruh civitas akademika USK yang menginginkan kampus bebas dari tindakan premanisme dan kekerasan.
Mahasiswa diharapkan bisa menyelesaikan perbedaan pendapat dengan cara yang lebih beradab dan damai.