LITERASI DIGITAL KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH
Rabu, 24 November 2021, Jam 09.00 WIB
Pidie, SIPNEWS.ID – Dalam mencapai target 50 juta masyarakat Indonesia untuk mendapatkan Literasi di bidang Digital hingga 2024 oleh Presiden Jokowi, Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan kegiatan Webinar Indonesia Makin Cakap Digital di Wilayah Sumatera di 77 Kab/Kota dari Aceh hingga Lampung.
KECAKAPAN DIGITAL, KEAMANAN DIGITAL, ETIKA DIGITAL dan BUDAYA DIGITAL merupakan 4 (empat) pilar yang diberikan dalam kegiatan webinar Literasi Digital 2021.
Ir. H. Nova Iriansyah, M.T., sebagai Gubernur Provinsi Aceh menjadi keynote speaker dalam webinar dengan tema besar DAKWAH AGAMA DI DUNIA MAYA yang dipaparkan oleh para nara sumber Nasional dan Lokal yang mempunyai kompetensi di bidangnya serta seorang Key Opinion Leader yang memberikan sharing session di akhir webinar.
Makroen Sanjaya, menjelaskan realitas wajah islam di media sosial, meliputi akses konten islam lebih mudah, tapi cenderung tanpa sensor, demokratisasi dan penghindaran kontrol Negara, serta media sosial berpotensi mempromosikan pluralisme dan reformasi sosial.
Yusri, S.Pd.I., menjelaskan bijak menggunakan media sosial untuk merawat toleransi Indonesia, dengan cara tabayun dengan menghindari hoax, membuat konten edukatif, menghindari konten negatif, berfikir terlebih dahulu sebelum berbagi, jadikan ruang digital sebagai tempat untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan, serta jaga selalu etika, sopan santun, dan bersikap peduli kepada orang-orang yang terkoneksi di akun media sosial.
Bijak dalam menggunakan media sosial sudah seharusnya dilakukan mulai saat ini juga.
Dengan hadirnya internet, media sosial saat ini menjadi tren bagi generasi milenial, muda, dewasa, hingga orang tua pun banyak menggunakannya. Dengan hadirnya media sosial tentunya dapat meningkatnya partisipasi rakyat dalam berdemokrasi serta tumbuhnya rasa toleransi antar sesama anak bangsa.
Ferry Adhi Dharma, M.IKom., menjelaskan setiap kita berinteraksi secara online, kita akan meninggalkan jejak digital. Jejak-jejak digital dapat dicari, disimpan, dan disebarluaskan. Jejak digital dapat bermanfaat, namun juga dapat merugikan di masa yang akan datang. Jejak yang sudah dihapus belum tentu hilang, atau bahkan tetap tersimpan.
Jejak digital dapat dikendalikan dengan pengaturan privasi serta pertimbangkan juga jejak digital orang lain. Siti Ikromatoun, S.Sos., M.Si., menjelaskan seleksi dan analisis informasi sesuai netiket, dengan cara ingat akan keberadaan orang lain di media sosial, taat pada standar perilaku online yang sama dengan apa yang kita jalani dikehidupan nyata, hormati privasi orang lain, serta membangun citra diri yang positif. Webinar diakhiri dengan key opinion leader, oleh Rio “Hijau Daun” sebagai Professional Drummer yang memberikan sharing session, mengenai dakwah agama saat ini sangat dipermudah dengan adanya media sosial.
Namun, masyarakat harus tetap berwaspada agar tidak termakan berita hoax atau berita yang belum jelas kebenarannya terutama membawa agama tertentu. (Red)