SipNews, PADANG PANJANG – Selama 24 tahun Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang melakukan pembinaan kepada penulis-penulis muda di kota itu. Salah satu hasilnya lahir sejumlah karya berbentuk buku.
“Kuflet telah melahirkan penyair, cerpenis, novelis, dramawan, juga teaterawan. ‘Sumbu’ sebagai bukti Kuflet selalu melahirkan ide-ide kreatif yang dituangkan dari ruang imajinasi menjadi karya,” ujar Dr. Asril Muchtar, S.Kar., M.Hum., ketika menjadi narasumber diskusi buku antologi puisi “Sumbu” karya alumni dan anggota Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang, Ahad (27/2), di sekretariat Kuflet, Kampung Jambak, Kota Padang Panjang.
Menurut Asril, menulis merupakan keterampilan yang sangat penting. Usia Kuflet yang cukup matang sebagai komunitas yang eksis berkegiatan bertahun-tahun diibaratkan Asril sebagai “sumbu” yang apinya terus nyala.
“Tidak salah jika buku puisi ini memiliki diksi sumbu sebagai judul utama,” kata kritikus seni dan direktur Pascasarjana ISI Padang Panjang itu.
Sepakat dengan Asril, Dr. Sahrul N, S.S., M.Si., yang juga tampil sebagai narasumber mengatakan, “Sumbu” merupakan kerja nyata dari Kuflet yang terus mempertahankan ruang kreativitas dalam dunia sastra di Sumatra Barat, khususnya di Kota Padang Panjang.
“Sepembacaan saya, dalam buku antologi ini tidak memiliki tema khusus, tetapi beragam. Tentu dalam hal ini kurator atau editor harus bekerja keras menyeleksi puisi penyair pemula dan senior yang ada di Kuflet,” tutur kritikus sastra yang juga dosen Prodi Seni Teater ISI Padang Panjang ini.
Sutradara teater, Dr. Yusril, S.S., M.Sn., yang ikut hadir berkomentar, membaca puisi apabila di bait pertama menarik pilihan diksinya, tentu akan menarik untuk membaca keseluruhan puisi.
“Dalam buku ini saya sangat tertarik dengan puisi Sherly Eka Putri, salah satunya. Ada tawaran-tawaran baru yang saya dapatkan dari pilihan diksi di puisi itu,” ungkap dosen penciptaan teater ISI Padang Panjang ini.
Sementara penanggap lainnya, Dr. Dharminta Soeryana, M.Sn., mengaku rumit menulis puisi daripada membaca puisi. Namun, ia memberi apresiasi bahwa ada usaha mendokumentasikan budaya, sejarah, dan fakta sosial yang terjadi di sekitar.
“Menulis puisi buat saya pribadi rumit karena itu saya memilih menjadi pembaca puisi saja. Namun, terus seriuslah menjadi penulis puisi karena akan mampu menciptakan sejarah,” katanya.
Pendiri dan penasihat Kuflet, Dr. Sulaiman Juned, S.Sn., M.Sn., mengatakan, 24 tahun usia Kuflet telah melakukan inisiasi dalam mewadahi pencerdasan dan melahirkan sastrawan-sastrawan muda dan teaterawan muda untuk Sumatra Barat.
“Insyaallah setiap tahun Kuflet akan menerbitkan buku antologi puisi,” ujar penyair dan teaterawan itu.
Ketua panitia peluncuran buku “Sumbu”, Sherly Ekaputri, menambahkan, diskusi itu dihadiri peserta lintaskomunitas di Kota Padang Panjang dan beberapa kota lainnya di Sumatra Barat.
Diskusi dipandu penulis, pegiat literasi, dan Founder Kelas Menulis Daring (KMD) elipsis, Muhammad Subhan. Acara dibuka dengan pembacaan puisi Soeryadarman Isman dan Monolog yang dibawakan Siti Nuratikah. [Rls/NJK]